"Peluru" Spionase Siber Korut Bidik Jepang, Vietnam dan Timur Tengah

ilustrasi. foto/sindonews.com

Riauaktual.com - Kemampuan spionase siber Korea Utara (Korut) berkembang jauh melampaui Korea Selatan (Korsel). Saat ini, "peluru" spionase siber Korut tengah dibidikkan ke industri dirgantara dan pertahanan di Asia serta Timur Tengah.

Peneliti di perusahaan keamanan dunia maya FireEye mengatakan organisasi peretas Reaper yang terhubung dengan Korut, yang dijuliki APT37, telah menargetkan perusahaan kedirgantaraan, telekomunikasi, dan keuangan dalam beberapa tahun terakhir, mengganggu jaringan dan bisnis di seluruh dunia.

Laporan itu menunjukkan bahwa kelompok tersebut telah aktif sejak 2012. Kini ancaman yang ditimbulkannya telah mencapai tingkat ancaman lanjutan yang terus berlanjut, yang menargetkan sektor publik dan swasta di Korsel dan sekitarnya.

Pada tahun 2017, kelompok hacker itu memperluas ruang lingkupnya dengan memasukkan Jepang, Vietnam dan Timur Tengah. APT37 juga melihat rangkaian industri vertikal yang lebih luas seperti bahan kimia, elektronik, manufaktur, kedirgantaraan, organisasi otomotif dan kesehatan, kata laporan tersebut.

Penilaian kembali terjadi setelah para peneliti menemukan bahwa kelompok mata-mata tersebut menunjukkan dirinya mampu dengan cepat mengeksploitasi beberapa bug "zero-day". Bug zero day adalah gangguan perangkat lunak yang sebelumnya tidak diketahui yang membuat perusahaan keamanan tidak memiliki waktu untuk bertahan melawan serangan.

"Perhatian kami adalah bahwa briefing (internasional) mereka mungkin berkembang, seiring dengan kecanggihannya," kata Direktur analisis intelijen FireEye John Hultquist.

"Kami percaya ini adalah hal yang besar," imbuhnya seperti dikutip dari Asean Correspondent, Kamis (22/2/2018).

Laporan tersebut muncul setelah berbulan-bulan meningkatnya perang retorika antara pemimpin Korut Kim Jong-un dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal itu dipicu penolakan Pyongyang untuk menghentikan pengembangan hulu ledak nuklir dan sistem rudal balistik yang mampu menyerang daratan AS.

Pemerintah Trump menyalahkan Korut atas serangan malware WannaCry yang menyebabkan malapetaka di rumah sakit, bank, dan perusahaan lainnya pada Mei 2017 lalu. Inggris dan AS pun disarankan untuk melancarkan serangan balik terhadap Pyongyang sebagai tanggapan atas kekacauan yang ditimbulkan.

"Dari tahun 2014 sampai 2017, APT37 berkonsentrasi terutama pada pemerintah Korsel, militer, organisasi industri pertahanan dan sektor media. Mereka juga menargetkan kelompok pembelot Korut dan kelompok hak asasi manusia," kata laporan tersebut.

Sejak tahun lalu, fokusnya telah diperluas untuk memasukkan sebuah organisasi di Jepang yang terkait dengan misi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak asasi manusia dan sanksi terhadap rezim tersebut serta direktur perusahaan perdagangan dan transportasi Vietnam. (Wan)

 

Sumber: Sindonews.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index